ads

Sabtu, 15 September 2007

--Dari TuGas Wawancara MW---

Tugas ini diberikan pada tanggal 8 September 2007 di kelas Metodologi Wawancara. Tugasnya sederhana yaitu mewawancarai Pedagang tentang agresifitas mereka. Untuk memudahkan proses wawancara tentunya, pewawancara harus mengetahui apa itu agresifitas dan mengaktualisasikannya dengan pertanyaan-pertanyaan yang dapat di mengerti oleh responden.

Dalam teorinya tentang agresifitas, Freud mengatakan bahwa sifat agresifitas manusia merupakan kecenderungan alami untuk merusak, memperoleh kekuasaan mutlak atau untuk mempertahankan diri. Pemikirannya dikembangkan berdasarkan pada dorongan libido sex manusia. Pada prinsipnya, individu mempunyai kecenderungan berperilaku agresif-sadisme harus dipahami sebagai bagian dari unsur perasaan dan luapan cinta. Manusia tidak dapat menolak yang satu lalu menerima yang lain sebab kedua unsur merupakan satu kesatuan sifat dasar manusia. Namun sesudah pengalaman Perang Dunia Pertama, pemikiran Freud berkembang. Ia memisahkan kesatuan antara sifat agresifitas yang cenderung merusak dan ungkapan cinta. Perilaku yang cenderung menghancurkan semua obyek yang tidak disukai merupakan wujud dari ego membenci.

Kamis, 16 Agustus 2007

Ansietas, Keikhlasan dan Harapan


cooming soon on august
on a ressention

Rabu, 25 Juli 2007

MetaFoRa dAn KoGniTiF

Kognitivisme mengacu pada teori linguistik yang berdasar pada pandangan tradisional tentang arah hubungan sebab akibat antara bahasa dan pikiran (Lyons 1995: 97). Kognitivisme merupakan bagian dari linguistik fungsional yang menawarkan prinsip yang sangat berbeda dari linguistik formal dalam memandang bahasa. Secara eksternal, linguis fungsional berpendapat bahwa prinsip penggunaan bahasa terwujudkan dalam prinsip kognitif yang sangat umum; dan secara internal mereka berpendapat bahwa penjelasan linguistik harus melampaui batas antara berbagai macam tingkatan analisis (Saeed 1997: 300). Misalnya, penjelasan tentang pola gramatikal tidak dapat hanya dianalisis melalui prinsip sintaksis yang abstrak, tetapi juga melalui sisi makna yang dikehendaki pembicara dalam konteks tertentu penggunaan bahasa (Saeed 1997: 300).
Terdapat empat ciri metafora: pertama, conventionality (Saeed 1997: 305), berkaitan dengan kebaruan ide di dalamnya. Ciri ini digunakan oleh penganut semantik kognitif untuk menyanggah pendapat konsep dead metaphor, metafora yang, akibat sering digunakan, maknanya bergerak dari makna metaforis menuju makna literal. Menurut mereka, metafora tersebut tidaklah mati, hanya terkonvensionalisasi, menjadi lebih umum, dan tanpa disadari menguasai konseptualisasi kita (Jaszczolt 2002: 355).
Kedua, sistematicity (Saeed 1997: 305-306), berkaitan tidak hanya dengan cara metafora mengambil sebuah titik perbandingan antara berbagai macam objek, tetapi juga menyangkut bagaimana metafora membangun kerangka logis bagi dirinya sendiri. Misalnya, berkaitan dengan ungkapan metaforis LIFE IS A JOURNEY, kelahiran sering diidentikkan dengan kedatangan, misalnya She has a baby on the way; sedangkan kematian identik dengan keberangkatan, misalnya He's gone.
Ketiga, asymmetry (Saeed 1997: 306), metafora tidak membandingkan dua objek dari dua arah, melainkan satu arah, dan perbandingannya tidak bersifat sebanding. Metafora hanya mendorong pendengar untuk melekatkan ciri milik source untuk target.
Keempat, abstraction (Saeed 1997: 307), berhubungan dengan sifatnya yang asimetris, metafora berusaha untuk memindahkan sifat yang terdapat pada sesuatu yang lebih konkret kepada sesuatu yang lebih abstrak. Misalnya HEAT OF FLUID. Bersifat lebih konkret dari ANGER.


makalah ini merupakan Sumbangan dari
DeMakyun

Download Materi

Minggu, 22 Juli 2007

test

test